باب المفعول المطلق
أي الذي لم يقيد بالحال لصحّة إطلاق المفعول عليه من غير تقييد بصلة تضم إليه بخلاف سائر المفاعيل
Maf‘ul muthlaq adalah (maf‘ul) yang tidak dibatasi oleh keadaan (hal), karena sah disebut maf‘ul secara mutlak tanpa ikatan yang ditambahkan kepadanya, berbeda dengan maf‘ul-maf‘ul lainnya.
فلا يصح إطلاق ذلك عليها إلا بعد تقييدها بما يقال مفعولا به له ومعه
Maka tidak sah menyebut maf‘ul lainnya secara mutlak, kecuali setelah dibatasi dengan sesuatu yang membuatnya disebut maf‘ul bih, maf‘ul ma‘ahu (beserta), dan sebagainya.
وهو المصدر الفضل المؤكد لعامله إن لم يرد بدله كأن مدلول على مدلوله وعامله وإنما يكون كذلك إذا كان مصدرا وإلا فالمصدر المفهوم منه (أو المبين لنوعه) يدل على هيئة ضرب الفعل (أو عدده)
Maf‘ul muthlaq itu adalah mashdar (kata dasar) tambahan yang berfungsi sebagai penegas bagi fi‘ilnya, jika tidak dimaksudkan sebagai pengganti. Seakan-akan ia menunjukkan makna dari fi‘il dan pelakunya. Hal ini hanya terjadi jika kata itu adalah mashdar. Jika bukan, maka mashdar yang dimaksud darinya (atau yang menjelaskan jenisnya) menunjukkan bentuk fi‘il (atau jumlahnya).
بأن دل على معنى صدور الفعل منه فهو ثلاثة أقسام (فأحدها كأن عامله نحو: أعجبني ضرب زيدًا موسى وكلم الله موسى تكليما وقوله ضربت ضربا)
Karena mashdar menunjukkan keluarnya perbuatan dari fi‘il, maka ia terbagi menjadi tiga jenis: (Pertama) seperti apabila fi‘ilnya adalah seperti: “Saya kagum dengan Musa memukul Zaid” atau “Allah berbicara kepada Musa dengan pembicaraan” atau perkataannya: “Aku memukul dengan pukulan.”
فالمفعول المطلق مؤكد لمضمون عامله لا لنفسه وهذا هو الشائع لأنه إنما يدل على مدلول فيكون شيئا واحدا والشائع الجمع يقتضيان التعدد
Maf‘ul muthlaq dalam hal ini berfungsi untuk menegaskan isi dari fi‘ilnya, bukan untuk menegaskan dirinya sendiri. Dan inilah bentuk yang paling umum, karena dia menunjukkan satu makna, dan makna jamak (jumlah) biasanya menuntut adanya pengulangan atau jumlah banyak.
ولأنه بكثرته يفيد التأكيد والفعل لا يتعدد ولا يتبعض
Dan karena pengulangannya memberi makna penegasan, sementara fi‘il itu sendiri tidak berulang-ulang atau terbagi-bagi (dalam makna).
نحو: ضربت ضربا شديدا أو ضربت ضربتين
Contohnya: “Aku memukul dengan pukulan yang keras” atau “Aku memukul dua kali.”
والثاني لنوع عامله إما بإضافة كـ نحو: فأخذناهم أخذ عزيز مقتدر
(Jenis) kedua adalah untuk menunjukkan jenis perbuatan fi‘ilnya, dengan cara disifati, seperti dalam firman-Nya: “Kami mengambil mereka dengan pengambilan yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.”
أو بوصفه مثل ضربت زيدا ضربا حسنا أو مع حذف نوعه كأن أعمل صالحا أو كأن أعمل صالحا (وقوله ضربت زيدا ضرب الأميين)
Atau dengan cara menjelaskannya, seperti: “Aku memukul Zaid dengan pukulan yang baik”, atau dengan menghapus jenisnya tapi maknanya dipahami, seperti: “Beramallah dengan amal saleh” atau “Aku memukul Zaid dengan pukulan seperti pukulan kaum awam.”
أي ضربا مثل ضرب الأميين أو بالمعهد نحو ضربت ضرب الضرّاب
Yaitu, maksudnya “Aku memukul seperti pukulannya para pemukul profesional” (penyerupaan dengan profesi).
وهذا يرجع نحو ضربته ضرب الفحل أي الذي أن تعرفه أو ضربا خاصا بالحسن والتبختر
Dan ini kembali kepada contoh: “Aku memukulnya dengan pukulan seperti pukulan jantan/perkasa”, yaitu yang kamu kenal (dalam bentuk tertentu), atau “dengan pukulan khusus” seperti pukulan penuh keindahan dan kebanggaan.
وهذا يرجع على المشهور لاختلاف أنواعه كسرّ سير زيد
Dan ini merujuk kepada pendapat yang masyhur (umum digunakan) karena beragam jenisnya, seperti: "Zaid berjalan dengan langkah cepat."
و(المبين لعدد عامله نحو فدكته ركّة واحدة وقوله ضربت زيدا ضربتين)
Dan jenis ketiga adalah maf‘ul muthlaq yang menjelaskan jumlah dari fi‘ilnya, seperti: “Aku memukulnya satu kali pukulan ringan” atau “Aku memukul Zaid dua kali.”
أو ثلاث ضربات ألفا وهذا إذا لم يخالف في إفراده وجمعه
Atau “Tiga kali pukulan”, yang ini diperbolehkan selama tidak menyalahi bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya.
وهو قسمان لفظي ومعنوي
Dan maf‘ul muthlaq ini ada dua jenis: secara lafaz (bentuk kata) dan makna.
لأنه إن وقع عامله في معنى لفظه ولفظه معا فهو لفظي
Karena apabila fi‘ilnya bermakna dan lafaznya sama dengan mashdar-nya, maka itu disebut lafzhi (lafaz).
دون معناه دون اللفظ (فإن وافق المصطلح لفظ فعله)
Jika hanya sesuai dari segi lafaz tapi tidak makna, atau sebaliknya, maka tidak disebut maf‘ul muthlaq yang sempurna, kecuali jika sesuai dengan istilahnya baik dari segi lafaz fi‘ilnya...
ومعناه بأن اتحدت مادته ومادة فعله (فهو لفظي كما تقدم)
...dan maknanya, serta asal katanya dan asal kata fi‘ilnya juga sama, maka itu disebut maf‘ul muthlaq lafzhi, seperti yang telah disebut sebelumnya.
ومن الأمثلة (وإن وافق معنى فعله) دون لفظه بأن اختلفت مادته ومادة فعله (فهو معنوي نحو جلست قعودا وقمت وقوفا)
Contohnya, jika hanya sesuai dari segi makna fi‘ilnya, namun lafaznya berbeda karena asal katanya berbeda, maka itu disebut maf‘ul muthlaq ma‘nawi, seperti: “Aku duduk dengan duduk (قعودا)”, dan “Aku berdiri dengan berdiri (وقوفا).”
فالجلوس والقعود بمعنى واحد وكذلك القيام والوقوف ولكن المادة مختلفة
Kata “jalasa” dan “qu‘ud” memiliki makna yang sama yaitu duduk, begitu juga “qama” dan “wuquf” bermakna berdiri, tetapi asal katanya berbeda.
وعلم من كلامه أنه لا يشترط في المفعول المطلق أن يكون خاصا من لفظه اكتفاء بالموافقة في المعنى
Dari pernyataan ini diketahui bahwa tidak disyaratkan dalam maf‘ul muthlaq harus dari lafaz yang sama dengan fi‘ilnya, cukup jika maknanya sesuai.
وبه جزم ابن الحاجب
Dan pendapat ini dipastikan/dikuatkan oleh Ibn al-Hajib (ulama nahwu).
وانظر ضميرهم في نحو جلست وقعود بمعنى واحد أحد الفعلين الغرضين يشير بها ابن الحاجب
Perhatikan juga penggunaan kata ganti mereka dalam contoh: “Aku duduk dengan duduk”, yang maksudnya menunjukkan bahwa kedua fi‘il itu memiliki tujuan makna yang sama — seperti yang diisyaratkan oleh Ibn al-Hajib.
ولا يقال للمن جلس قال الإمام الزبيدي إنما يقال للجالس القعود
Dan tidak dikatakan “qu‘ud” (duduk) untuk orang yang sudah duduk, menurut Imam az-Zubaidi, karena “qu‘ud” hanya digunakan untuk proses menuju duduk, bukan bagi yang sudah duduk.
والجلوس إنما يقال للاشتغال بالجلوس
Sedangkan “jalasa/جلوس” digunakan untuk menyatakan kegiatan aktif dalam duduk.
والمصدر في اسم الحدث لا يتعين للفاعل (فالصلاة الفاعل الله أو النبي)
Dan mashdar dalam bentuk isim al-ḥadats (nama kejadian) tidak selalu pasti subjeknya (pelakunya), seperti dalam “shalat”: bisa Allah atau Nabi sebagai pelakunya.
والوضوح يقتضيه أن المفعول المطلق إن دخل على المصدر لا أن يقال هو الذي تجري تأكيدًا لتأكيد الفعل
Dan kejelasan menuntut bahwa maf‘ul muthlaq itu masuk (berhubungan langsung) dengan mashdar, bukan seperti dikatakan bahwa ia adalah sesuatu yang digunakan sebagai penegas bagi penegasan fi‘il.
كما قيل إن نحو ضربت ضربا إنما يؤكد الفعل لأنه يدل عليه ثانيًا من جهة الفعل
Sebagaimana dikatakan bahwa kalimat “Aku memukul dengan pukulan” hanya menegaskan fi‘il karena mashdarnya menunjukkan fi‘il kembali dari sisi yang lain.
ولا يخفى أن تصريف الفعل لا يجرى الحرف بتقدير الماضى والابتداء بالمضارع بمصدر
Dan tidak samar lagi (jelas) bahwa perubahan bentuk fi‘il (tashrif) tidak dilakukan dengan huruf (yakni hanya dengan harakat atau tambahan huruf), namun berdasarkan pengandaian bentuk lampau atau awal kalimat dalam bentuk mudhāri‘ (fi‘il sekarang/akan datang), maka dipakai mashdar.
وإلا لما مُنع التكلم بالمصدر بعد الماضى (وقد تُنصّب أشياء على المفعول المطلق إذا لم تكن مصادر)
Kalau tidak begitu, maka tidak akan ada larangan untuk menggunakan mashdar setelah fi‘il lampau. (Dan kadang-kadang juga ada hal-hal yang bisa dijadikan maf‘ul muthlaq walaupun bukan mashdar sejati).
لِدلالتها عليه (وذلك على سبيل النيابة عن المصدر) من ذلك نحو (كل بعضًا) حال كونها مضافًا للمصدر نحو (فلا تميلوا كل الميل)
Karena kalimat itu menunjukkan makna mashdar, (dan itu termasuk dalam pengganti mashdar). Contohnya seperti dalam kalimat “Makanlah sebagian”, yang bentuk katanya merupakan mudhāf (kata sandaran) kepada mashdar, seperti dalam kalimat: “Maka janganlah kalian condong sepenuhnya (كل الميل).”
نكل مفعول مطلق نابتًا عن مصدر محذوف ولفظه فلا تميلوا ميلًا كل الميل ومثله نحو (ولو تقول علينا)
Kata “كل الميل” adalah maf‘ul muthlaq yang menggantikan mashdar yang dihapus. Lafaz aslinya adalah: “Maka janganlah kalian condong condongan sepenuhnya”. Dan semisal itu adalah seperti dalam ayat: “Dan seandainya dia mengada-adakan atas Kami”,
بعض الأقـاويل
Sebagian ucapan/perkataan.
وضربته بعض الضرب وهذا مما ناب عن المصدر المبين لنوع عامله
"Aku memukulnya dengan sebagian pukulan" — ini termasuk contoh pengganti mashdar (yang menunjukkan jenis dari fi’ilnya).
(وكالعدد) المميز بمصدر (نحو فاجلدوهم ثمانين جلدةً، فثمانين مفعول مطلق)
Dan seperti juga jumlah yang dijelaskan oleh mashdar, seperti dalam ayat: “Maka deralah mereka delapan puluh kali dera.” — maka kata “ثمانين” (delapan puluh) adalah maf‘ul muthlaq.
نائب عن المصدر المحذوف والأصل فاجلدوهم جلداً ثمانين
Kata itu menggantikan mashdar yang dihapus, dan aslinya adalah: “Maka deralah mereka dengan dera sebanyak delapan puluh.”
(وجعله تمييزاً وكأسماء الآلات)
Sebagian ulama menjadikannya tamyiz (penjelas), dan juga seperti nama-nama alat.
المعهودة للفعل (نحو ضربته سوطاً أو عصاً أو مقرعة)
Yang sudah dikenal berhubungan dengan fi‘il, seperti: “Aku memukulnya dengan cambuk”, atau “dengan tongkat”, atau “dengan pemukul.”
والأصل ضربته ضرباً بسوط أو عصاً أو مقرعة
Dan aslinya adalah: “Aku memukulnya dengan pukulan menggunakan cambuk atau tongkat atau pemukul.”
ثم توسع في الكلام فحذف المصدر وأقيمت الآلة مقامه
Kemudian terjadi perluasan dalam ucapan, sehingga mashdar-nya dihapus dan digantikan dengan alatnya (sebagai maf‘ul muthlaq pengganti mashdar).
والذي قبله مما ناب عن المبين لعدد عامله
Sedangkan contoh sebelumnya adalah yang menggantikan penjelasan jumlah dari fi‘ilnya.
وأما النائب عن المؤكد لعامله نحو اغتسلت غسلاً
Adapun pengganti untuk mashdar yang berfungsi menegaskan fi‘il, seperti: “Aku mandi dengan mandi.”
والله أنبتكم من الأرض نباتاً
Atau seperti dalam ayat: “Dan Allah menumbuhkan kalian dari bumi sebagai tumbuhan.”
فلم يمثل له لأن المصدر المؤكد لا يتصرف غالباً فلا يكون من غير لفظ الفعل
Maka tidak dibuatkan contoh untuk jenis ini (dalam bentuk lain), karena mashdar yang berfungsi penegas biasanya tidak mengalami perubahan bentuk, sehingga tidak datang dari selain lafaz fi‘ilnya.
Kesimpulan Bab al-Maf‘ūl al-Muṭlaq
Pengertian
Maf‘ūl Muṭlaq adalah kata benda (isim) yang berasal dari mashdar fi‘ilnya sendiri, digunakan untuk:
-
Menegaskan perbuatan (توكيد),
-
Menjelaskan jenis perbuatan (بيان النوع),
-
Menjelaskan jumlah perbuatan (بيان العدد).
Syarat Maf‘ul Muṭlaq:
-
Harus mashdar dari fi‘il yang sama, kecuali jika ada perluasan bahasa.
-
Bisa digantikan dengan unsur lain (jumlah, alat, dll.) jika makna mashdar tetap terpenuhi.
Tabel Jenis Maf‘ul Muṭlaq
Jenis | Fungsi | Contoh Arab | Arti | Catatan |
---|---|---|---|---|
1. Penegas (Tawkīd) | Menegaskan fi‘il | ضربته ضربًا | Aku memukulnya dengan pukulan | Mashdar dari fi‘il yang sama |
2. Jenis (Bayān an-Naw‘) | Menjelaskan bagaimana perbuatan | ضربته ضربًا شديدًا | Aku memukulnya dengan pukulan keras | Ada sifat atau penjelas jenis pukulan |
3. Jumlah (Bayān al-‘Adad) | Menjelaskan berapa kali | ضربته ثلاث ضربات | Aku memukulnya tiga kali pukulan | Ada angka/jumlah yang dijelaskan dengan mashdar |
Contoh Maf‘ul Muṭlaq Non-Mashdar (Pengganti Mashdar)
Pengganti Mashdar | Contoh Arab | Arti | Makna Asli yang Dihilangkan |
---|---|---|---|
1. Bilangan | فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً | Dera mereka 80 kali | فاجلدوهم جلداً ثمانين |
2. Sebagian | ضَرَبْتُهُ بَعْضَ الضَّرْبِ | Aku memukulnya dengan sebagian pukulan | ضربته ضرباً بعض الضرب |
3. Alat | ضربته سوطًا / عصًا / مقرعةً | Aku memukulnya dengan cambuk / tongkat | ضربته ضربًا بسوطٍ |
Catatan Tambahan
-
Kadang bentuk maf‘ul muthlaq tidak harus mashdar murni, tetapi boleh diganti jika maknanya tetap sesuai.
-
Untuk fungsi penegasan, tidak boleh digantikan dengan kata selain mashdar dari fi‘il itu sendiri, karena tujuan utamanya adalah memperkuat makna asli.